Jumat, 22 Februari 2013

Mengurangi Waktu Facebook

"When we honestly ask ourselves which person in our lives mean the most to us, we often find that it is those who, instead of giving advice, solutions, or cures, have chosen rather to share our pain and touch our wounds with a warm and tender hand. The friend who can be silent with us in a moment of despair or confusion, who can stay with us in an hour of grief and bereavement, who can tolerate not knowing, not curing, not healing and face with us the reality of our powerlessness, that is a friend who cares.” Henry JM Nouwen 

“Saat kita dengan jujur bertanya kepada diri kita, siapa sesungguhnya orang yang paling berarti bagi kita, sering kali kita menemukan bahwa sahabat terbaik bukanlah orang yang selalu memberikan saran, solusi atau jalan keluar bagi kita, namun, orang-orang yang mau berbagi luka dan mampu menyentuh kedalaman hati kita dengan kasih sayangnya. Sahabat yang mau meluangkan waktu sejenak saja untuk berbagi kesedihan dan tekad kita, yang bersedia mentoleransi kelemahan kita, ketidaktahuan kita, yang menyadari kelemahan kita, seseorang yang sungguh-sungguh peduli dengan kita” 
Henry JM Nouwen 

Saya tidak lagi aktif di facebook karena saya merasakan kebebasan dan kebahagiaan yang luar biasa.

Sekitar 1 tahun lalu, saya mulai menghindari facebook. Hal itu membuat saya sangat lega sekali.

Tidak perlu lagi mengupdate atau melihat status teman saya, tidak perlu lagi berurusan dengan permintaan pertemanan, tagging foto, memposting apa yang sedang terjadi dalam hidup saya, me‘like’ status atau foto seseorang, peduli tentang permainan di dalamnya, melihat-lihat foto teman atau sahabat saya yang sedang makan, atau melakukan aktifitas lainnya, dan seterusnya dan seterusnya.

Mencoba berhenti dari facebook adalah hal yang sangat menyenangkan, sedikit demi sedikit hampir semua orang mulai meninggalkan facebook. Saya kini hanya menggunakannya untuk membagikan artikel saya yang terbaru.

Walupun hidup tanpa facebook, saya masih bisa mengekspresikan tentang siapa diri saya. Saya menulis di blog yang alhamdulillah semakin hari semakin banyak yang mengunjungi.

Kita adalah mahluk sosial, maka dari itu, wajar jika kita bersosialisasi secara online melalui facebook, twitter, whats up atau blackberry messenger. Tapi jujur saja, kegiatan sosialisasi di media online hanyalah tampak di permukaan saja atau dangkal. Tidak ada hal di mana kita bertatap muka langsung, menghabiskan waktu secara mendalam, sambil minum kopi atau teh dalam sosialisasi secara online. Kita bersosialisasi, namun apakah benar kita takut merasa kesepian dan sendiri? 

Apakah kita jenuh kalau sehari saja tidak mengupdate atau membuka akun facebook kita?

Saya rasa hal itu tidak menakutkan.

Bagi anda yang sudah ‘kecanduan’ dengan bersosialisasi online, cobalah untuk satu hari saja memutuskan diri dari internet, dari facebook, dari bbm, dari twitter, whats up, line dan semua media sosialisasi online. Cari tempat menyendiri, merenung, menulis jurnal atau buku harian, belajar untuk mengalami kesendirian. Itu adalah pelajaran yang sangat berharga sekali.

Saya ingin memberikan pemahaman dan pengalaman untuk lebih intens secara langsung berhubungan dengan orang orang-orang di sekitar kita, terutama orang-orang yang kita sayang, akan jauh lebih dalam maknanya dibandingkan anda mencoba menyenangkan semua orang yang anda kenal melalui online.

Di era yang semakin ‘berisik’ ini, saya ingin mengajak anda untuk lebih menghargai diri anda dan orang-orang di sekitar anda yang anda sayang.. 

Cobalah saat ini juga..

Salam hangat
Adi