Selasa, 26 Juli 2016

Antara Berpacaran Dan Bingung Mengambil Jurusan Perkuliahan

Beberapa hari yang lalu, seorang pemuda yang baik hati, pekerja keras, berusia 24 tahun jauh-jauh menempuh jarak sekitar satu jam perjalanan dari rumahnya hanya untuk menemui saya untuk meminta saran dan masukan tentang permasalahan dan ‘kegalauan’ yang sedang dihadapinya.

Saya pikir apa yang kami diskusikan malam itu, penting untuk saya bagikan kembali di blog ini.
Si anak muda bercerita tentang masalah pelik yang sedang di hadapinya. Berikut adalah masalahnya (mungkin beberapa dari anda pernah mengalaminya atau sedang mengalaminya), saya berharap tulisan ini bisa memberikan anda inspirasi atau setidaknya menjadi pertimbangan anda dalam mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasinya,

BERPACARAN BERBEDA AGAMA
Ia menjalin suatu hubungan yang cukup istimewa dengan seorang gadis. Si gadis beragama muslim, sementara dia seorang kristiani. Menyadari bahwa mereka berdua dipisahkan oleh suatu prinsip, ia cukup kewalahan menghadapinya. Terlebih ketika ia beberapa kali dihubungi ‘sang calon’ Ibu mertua yang bertanya tentang kemana aja dia selama ini dan apa kabar kehidupannya.

Mendengarkan ceritanya, saya tersenyum mendengarkan dan mencoba menangkap pesan yang disampaikan. Sesekali saya menganggukan kepala saya tanda bahwa saya cukup memahami apa yang dia rasakan. Setelah dia selesai menceritakan semua ceritanya akhirnya saya mulai proses ‘mempengaruhi’ saya yang merupakan salah satu kelebihan saya,

Kira-kira begini jawabannya…

Sambil tertawa kecil, saya katakan..
Sahabatku…Apa yang sedang kamu alami, dialami juga oleh banyak orang lain. Saya pernah memiliki dua sahabat dekat yang dihadapkan pada masalah yang sama. Si pria muslim, si wanita kristiani. Mereka menjalin hubungan yang sangat dekat, bahkan hampir serius. Kedua orang tua mereka tidak saling menyetujui…

Saat menghadapi masalah ini, saya pikir ada beberapa solusi yang bisa kamu ambil,
1. Entah kamu pindah agama menjadi muslim lalu menikahinya
2. Entah dia (si wanita) pindah agama kristiani lalu kalian menikah
3. Entah kalian berdua tetap dengan agama kalian masing-masing lalu menikah
4. Entah kalian tetap dengan agama kalian masing-masing, lalu berhenti berhubungan.

Pilihan mana yang paling logis?
Jika saya menjadi kamu, saya akan memilih keputusan yang lain. SAYA TIDAK AKAN PERNAH MEMIKIRKAN HAL ITU SAMA SEKALI!

Kenapa? Karena saat ini, menurut saya itu bukanlah hal yang paling penting untuk dipikirkan. Apa yang harus dipikirkan dan penting saat ini? Karir, Pekerjaan, Uang, Masa Depan, Kuliah, dsb. Melihat kondisinya yang menganggur, lalu sebagai seorang anak sulung, seharusnya ia memikirkan hal-hal yang lebih penting di luar dari 'berpacaran'.

Apa yang seharusnya dipikirkan sekarang adalah, bagaimana saya bisa menghasilkan penghasilan tambahan? Bagaimana saya bisa memulai proses KPR rumah? Bagaimana saya bisa meningkatkan nilai tambah saya? Bagaimana saya bisa menjadi seorang ekspert? Apa keahlian penting yang harus saya miliki saat ini sehingga bisa bersaing di dunia kerja? Bagaimana saya bisa menjadi yang terbaik di bidang saya? Saya pikir itulah yang sebaiknya penting untuk dipikirkan terlebih dahulu.

Sebagai seorang anak muda dulu, saya bisa mengerti dan merasakan hal yang sama. Percayalah, saya mengenal dunia ‘pacaran’ dengan cara dan pengalaman yang unik. Saya mengenal dan telah menjalin hubungan dengan cukup banyak perempuan. Total ada 36 nama wanita yang pernah hadir dalam kehidupan saya. Namun, saat anda tiba di ujung perjalanan asmara anda, semua itu hanyalah sebuah kenangan dan pengalaman ‘menarik’ saja.

Berat memang saat anda mencintai seseorang, namun percaya dan yakinlah, waktu yang akan menyembuhkan anda.

"Apa yang terjadi dengan kedua sahabat bapak?" tanyanya.
Mereka berpisah dan sekarang sudah menemukan pasangan masing-masing. Selesai.

Kesimpulannya, saya tidak ingin memberinya saran tentang masalah dalam hubungan. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia hanya butuh penegasan saja.

KULIAH ATAU TIDAK
Di usia 24 tahun, sudah sejak dulu ia didorong oleh saudara-saudaranya untuk melanjutkan kuliah. Tapi ia memutuskan untuk bekerja saja sebagai sales promotion di beberapa perusahaan retail. Seperti yang kita ketahui bekerja sebagai SPG tidak akan memberikan jaminan karir yang terlalu menjanjikan. Kecuali anda betul-betul mencintai pekerjaan tersebut dan anda bahagia menjalaninya tidak masalah. Namun yang saya ketahui, pekerjaan tipe itu hanya akan menghabiskan banyak dari waktu muda anda. Kontrak, kontrak dan kontrak lagi. Akhirnya dia menyadari dia harus meningkatkan kompetensinya, salah satunya dengan cara kuliah. Intinya dia butuh saya untuk menambah keyakinan dalam hal keputusannya untuk melanjutkan kuliah.

Pertanyaannya adalah? Harus kuliah jurusan apa?
Sahabatku, tidak ada sedikitpun ilmu yang tidak berguna atau bermanfaat. Semua ilmu itu berguna. Ilmu akan meningkatkan derajat kehidupan kita. Tapi, mengetahui barulah setengah perjalanan. 

Kuliah hanyalah sebuah alat untuk meningkatkan pembelajaran anda dan menambah wawasan serta keahlian anda dalam bidang tertentu. TITIK. Tidak lebih. Kuliah bukan tentang mendapatkan gelar atau menghabiskan waktu berjam-jam dan uang yang banyak hanya untuk menyeret tubuh anda, mendengarkan dosen dan menghilangkan rasa malas anda.

Banyak pemahaman yang keliru tentang kuliah, banyak orang kuliah hanya karena ingin mendapatkan gelar. Padahal seharusnya bukan itu tujuan utamanya. Fakta dan bukti telah menunjukkan bahwa banyak orang berhasil tanpa harus kuliah, bahkan tanpa harus mengenyam banyak pendidikan.

Jadi, jika seandainya anda ingin kuliah, anda harus sungguh-sungguh berniat ingin menguasai sesuatu, ingin mengetahui sesuatu. Ilmu yang akan anda terapkan dalam kehidupan anda, dalam pekerjaan anda maupun dalam kegiatan bisnis atau usaha anda.
Karena, banyak juga saya mengenal orang yang berhenti di tengah jalan saat kuliah karena kurangnya keteguhan dalam hati mereka untuk menuntaskannya.

Percayalah, kuliah di kelas karyawan itu jauh lebih berat daripada kelas reguler. Kenapa banyak berhenti di tengah jalan? Karena tidak sungguh-sungguh, menyerah dan yang utama: Keliru dalam mengambil jurusan.

Tidak ada jurusan yang keliru, namun yang saya alami dan saya ketahui sebagai orang yang bekerja di bidang HR, saat ini yang dibutuhkan bukanlah karyawan, tapi para spesialis, para seniman, para ahli di bidang masing-masing. Bidangnya bisa apa saja, bisa accounting, marketing, sales, IT, teknik dan sebagainya.

Jika memang keputusan yang diambil adalah kuliah, lalu jurusan apa yang harus diambil? Jurusan yang memang menjadi nature anda, yang secara alami sudah mengalir dalam diri anda. Sesuai minat dan bakat anda. Sehingga saat anda kuliah, anda akan lebih menikmati prosesnya. Apa yang sangat anda kuasai? Apa yang sangat anda nikmati dalam pekerjaan? Bidang apa yang menjadi bakat alamiah anda? Dia menjawab..Accounting.

Jika memang accounting, ambillah keputusan untuk mendalaminya. Geluti, hayati, nikmati, kuasai. Hiduplah bersama accounting. Jadilah seorang seniman accounting.

Sebagai penutup, bagian yang saya tekankan kepadanya adalah bahwa:

INGATLAH, MENGAMBIL KEPUTUSAN ITU YANG TERPENTING. KEPUTUSAN YANG DIAMBIL BISA SAJA KELIRU. NAMUN, PALING BERBAHAYA ADALAH TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN.

Banyak orang merasa ragu, bimbang sehingga tidak mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya. Keputusan pindah kerja, keputusan melanjutkan kuliah, keputusan menikah, keputusan berbisnis dan berinvestasi dan keputusan-keputusan lainnya. Mereka dilumpuhkan oleh kekhawatiran bahwa mereka akan mengambil keputusan keliru. Akhirnya apa? Mereka tidak mengambil keputusan sama sekali. Hasilnya? Bisa anda tebak. Kehidupan mereka tidak berubah sama sekali.

KEPUTUSAN TEPAT ADALAH HASIL DARI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN BURUK. Jadi, berlatihlah untuk sering-sering mengambil keputusan.

Kualitas kehidupan anda, nasib anda adalah produk dari keputusan-keputusan anda di masa lalu.
Jadi latihlah terus mengambil keputusan.

Di akhir pertemuan dia pamit dan mengucapkan banyak terima kasih.

Saya bertanya,
‘Jadi, kamu akan kuliah?’

‘Ya Pak..saya akan kuliah”

“Ok..satu bulan kemudian saya akan bertanya lagi sama kamu. Terlepas apapun keputusanmu, kuliah atau tidak tidalah penting buat saya. Semua terserah kepada kamu. Nasihat  atau saran sebagus apapun tidak akan berguna jika tidak dijalankan. Jika memang tidak kuliah, setidaknya saya senang bantu kamu..”
J