Selasa, 13 Mei 2014

Bahagia Di Tengah Penderitaan Fisik dan Mental






Malam tadi, anak kami tercinta yang baru berusia dua bulan menghabiskan liburan pertamanya dengan mengunjungi rumah neneknya di kampung kami. Perjalanan yang cukup melelahkan ditambah kemacetan, membuat anak kami agak tidak nyaman selama perjalanan. Namun, beruntung, kemacetan di area Puncak tidak terlalu lama, sehingga kami bisa beristirahat dengan nyaman.

Sekembalinya di Jakarta, keesokan harinya anak kami harus pergi ke rumah sakit untuk menjalankan imunisasi bulan kedua. Kami pernah mendengar informasi bahwa efek dari imunisasi kedua tersebut akan membuat si bayi menjadi demam, panas tinggi dan sangat tidak nyaman.

Hari Senin, anak kami berangkat ke dokter diantar neneknya. Sekitar jam enam sore, saat saya pulang dan tiba di rumah, saya diberitahu isteri saya bahwa bayi kami dalam kondisi demam akibat imunisasi tersebut.

Saya tidak terlalu memikirkannya, sampai akhirnya..

Ketika saya angkat dan pangku dan peluk dalam bekapan tubuh saya, betapa terkejutnya saya merasakan suhu panas tubuhnya begitu tinggi. Belum lagi anak kami yang terlihat sangat lemah dan diare.

Kepanikan saya belum usai, menjelang malam, badan anak kami tambah panas tinggi. Sekujur tubuhnya panas seperti terbakar, sementara ia juga mengalami batuk-batuk. Kami sangat-sangat panik. Saya tak kuasa meneteskan air mata saat melihat anak kami terlihat begitu 'menderita' dalam kesakitan.

Saya hanya bisa memeluknya, menyanyikannya lagu nina bobo dan membuatnya senyaman mungkin.

Apa yang saya lakukan terlihat sia-sia. Tubuhnya meronta, matanya melotot seperti ingin mengatakan betapa sakitnya dia.

Seketika pikiran saya memikirkan pengalaman-pengalaman menyakitkan yang pernah saya alami. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain mengetahui dan melihat orang yang kita sayangi dalam kondisi sakit.

Seketika juga pikiran saya memikirkan teman saya, seorang Ibu muda di kantor yang anaknya divonis mengalami kanker otak dan harus dioperasi yang menyebabkan kebutaan kedua matanya, hati saya luluh dan bersyukur bahwa saya dan anak saya masih jauh lebih baik dan beruntung.

Seketika pikiran saya mengingat seorang Bapak muda berusia 35 tahun yang mengalami sakit 'terjepit saraf' yang menyebabkan ia lumpuh total dan harus kehilangan pekerjaan dan tubuhnya kembali normal yang baru saja saya temui di tempat pengobatan sehari yang lalu.

Seketika pikiran saya mengingat salah satu murid saya yang meninggal satu hari yang lalu di usia muda, 24 tahun dikarenakan serangan jantung koroner. Betapa Ibunya berduka dan histeris.

Lepaskan
Apa yang saya dan isteri saya lakukan, kami melepaskan 'penderitaan' kami dan menerima itu sebagai sebuah proses dalam kehidupan si anak. Kami sadar dan menjaga kesadaran kami, bahwa apa yang anak kami rasakan adalah sebuah proses yang tidak bisa dihindari untuk kebaikan hidupnya dan ketahanan fisiknya di masa yang akan datang.

Lain kali anda sakit, lepaskanlah perasaan sakit tersebut. Biarkan ia menguap...

Apa yang saya pegang teguh selama ini? Adalah harapan akan kondisi ideal dan kondisi fisik yang baik-baik saja dan sehat tanpa keluhan apapun. Dan kita hanya memiliki sedikit kendali untuk semua masalah itu.

Kita adalah zat yang fana. Ada keindahan dan duka dalam kefanaan tersebut. Kita akan menua, rusak dan mati. Namun, dibalik itu terselip kebahagiaan agar kita mampu menghargai yang tidak abadi ini.

Terima Apa Adanya
Setelah anda melepaskan, terimalah setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan anda apa adanya.

Bersyukurlah dan Bertindaklah dengan Kasih Sayang
Lihat kembali diri anda lebih dekat. Apa yang sudah anda miliki dan apa saja hal istimewa yang sudah anda miliki. Bertindaklah dengan penuh kasih sayang dan cinta. Perlakukan diri anda dengan cinta. Perlakukan orang-orang yang anda sayang dengan kelembutan dan cinta yang besar.

Semua yang Kita Alami Sementara
Dua hari kemudian, setelah mengikuti arahan dokter dengan memberikan parasetamol dalam dosis yang tepat, anak kami bisa kembali ceria, tertawa dan sembuh seperti sedia kala.

Jadi, bagaimana mungkin kita bisa bahagia di tengah-tengah penderitaan?
Lepaskan, terima apa adanya, bersyukurlah dan ambil tindakan dengan penuh kasih sayang..

Saya mencintai anda semua,
Semoga menginspirasi,